Posisi orang tuadan yangdituakan menyikapi pemuda, peluang dan tantangannya kini

Oleh:Sujono said


Orang tua dan yang dituakan memiliki peluang dan tantangannya kini. Pun juga, pemuda, dengan peluang dan tantangannya pula. Lalu! Apa peluang dan tantangannya bagi para orang tua?. Nah! Kita harus bicara peluang terlebih dahulu, orang tua dan yang dituakan memiliki peluang yaitu segudang pengalaman yang mereka punya ketika mereka pada posisi anak-anak muda di zaman mereka.
Sedangkan anak muda, bilkhusus para milenials saat ini juga memiliki peluang yang banyak seperti enerjik, idealis, memiliki semangat yang tinggi untuk selalu mencoba setiap hal yang ditemuinya.
Tetapi, baik anak muda maupun orang tua dan dituakan masing-masing punya tantangan. Apakah itu? Tantangan bagi orang tua dan dituakan adalah ketika mereka masih memelihara egonya. Sedangkan tantangan bagi anak muda sekaligus menjadi kelemahan adalah enerjik, idealis, dan gerasah gerusuh itu juga akan membuat mereka salah dalam bertindak dan melangkah.
Baik anak muda maupun para orang tua dan dituakan sama pentingnya mereka hadir untuk melakukan kerja-kerja kolaboratif dalam membangun dan memberikan sumbangsi ide, gagasan, temuan dan lain-lain sebagainya. Sehingga, posisi orang tua dan dituakan harusnya mendampingi anak-anak muda agar mereka dalam melakukan tindakan lebih terkontrol. Terlebih, mereka adalah sosok-sosok yang visioner.
Tapi, kebanyakan yang terjadi adalah adanya perseteruan antara anak muda dan orang tua dan dituakan karena anak muda yang menutup diri lantaran silau dengan dirinya. Artinya, tidak membuka diri lantaran karakter anak muda seperti kata bang haji adalah selalu mau menang sendiri dan gerasahgerusuh.
Pun juga, dengan orang tua yang terlalu silau dengan pengalaman dan pencapaiannya sehingga mereka kurang mengakui kelebihan anak-anak muda. Akhirnya, terkadang ada kasus mencari pelampiasan di luar rumah, bahkan mengakhiri hidupnya dengan tragis lantaran berada dalam tekanan batin.
So, kata kunci dari semua ini adalah kolaborasi saling membuka diri diantara kita. Penulis terkadang kecewa ketika seorang anak muda dikatai seperti ini “apa juga kamu itu saya ini sudah punya pengalaman malang melintang”. Terkadang, ketika penulis dongkol dengan orang tua yang seperti ini, penulis kadang berujar “pantas bapak atau ibu sering naik tekanannya lantaran banyak pengalaman termasuk banyak makan asam, garam, dan gula kehidupan”.
Tetapi, penulis lebih senang, ketika ada seorang tua atau orang yang dituakan selalu mau belajar hal baru dari anak muda, sambil juga membagikan apa yang dialami ketika yang bersangkutan masih muda, bahkan ketika si anak muda ini meminta saran dan lain sebagainya, maka sang orang tua dan dituakan ini mengatakan “berdasar pengalaman bapak, ibu, eang, dan lain sebagainya dulu begini, tapi silakan coba lakukan explorasi nanti kita sama-sama belajar” ujar yang bersangkutan, maka tentu kita sebagai anak muda akan melakukan segala sesuatu dengan lebih bersemangat.
Jika kita kembali menoleh ke sejarah ketika Indonesia sedang dalam persiapan memproklamirkan kemerdekaan, kaum muda justeru melihat momentum ketika pak Sukarno dan Muhammad hatta diculik oleh golongan muda, lantaran dicoba dihalangi oleh golongan tua. Hingga akhirnya, dengan iradah tuhan yang maha esa, maka kemerdekaanpun kita raih.
Tapi, bukan lantaran golongan tua tidak mau merdeka. Melainkan, apa yang golongan tua pikirkan tak seperti yang anak muda pikirkan. Jadi, pesan dari sejarah ini, adalah ketika kita mengambil keputusan harus dengan kalkulasi yang matang sehingga ketika kita mendapat penolakan lantaran pemikiran mereka yang sempit maka kita harus mampu melakukan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Itulah pentingnya, kita sebagai anak muda menggali pengalaman dari mereka-mereka yang perna muda kata Bunga citra lestari, pun juga kepada mereka yang telah sepuh, haruslah mau berbagi dengan mereka-mereka yang masih muda dan sedang mencari jati diri lantaran setiap orang ada zamannya, dan setiap zaman ada orangnya.
Penulis, juga termasuk,  sebagai orang yang banyak belajar dan belajar banyak terkait hal-hal baru, justeru dari junior-junior penulis sembari tetap belajar dari pengalaman para pendahulu yang boleh jadi penting untuk menjadi acuan bagi kita kelak. Ini, sesuai dengan ajaran al-quran agar kita banyak belajar dari kaum,  terdahulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi