Menjemput jodoh di tanah muna

Oleh:Sujono said
Setelah sempat 3kali menjalani pacaran dengan 3 orang lawan jenis, mereka adalah mahasiswi psikologi yang sealmamater dengan penulis, seorang cewek yang dikenal lewat telephone dan dipacari hanya 3hari, dan seorang perempuan asal Gowa sulawesi selatan dengan durasi pacaran terlama yaitu selama 2 tahun. Dan tepat pada awal tahun ke2, kami memilih putus secara khusnul hatimah.
Secara kebetulan, ada siswa baru pindahan dari salah satu SLB di kabupaten muna yang memilih sekolah tempat mengajar penulis sebagai tempat berlabuh untuk tujuan hijrahnya dalam rangka memperbaiki kualitas diri.
Akhirnya, siswa baru inipun masuk kelas mengikuti proses belajar mengajar, dan tibalah jam pelajaran penulis untuk masuk ke kelas yang bersangkutan. Kalaitu, penulis selain menjadi wali kelas di jenjang SD di SLB tempat penulis mengajar, penulis juga mendapat tugas mengampuh beberapa mata pelajaran di jenjang SMU seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sosiologi, dan PKN.
Penulis pertama kali masuk kelas yang bersangkutan ketika penulis akan masuk mengisi jam pelajaran Bahasa Inggris. Singkat kata, yang bersangkutan memulai memperkenalkan diri Namanya destin, tempat tanggal lahir Muna 24 april 2000, agama Islam, sekolah sebelumnya SLB Anugerah hati.
Awal mula penulis berkenalan dan berinteraksi dengan siswa baru ini, penulis mulai merasa kagum dengan kepintarannya, bahkan siswa ini yang selalu membuat penulis semongko eh semangat untuk mempersiapkan bahan ajar sebelum masuk ke kelas manapun. Bahkan, sehari saja penulis tidak bertemu atau mendengar suara dari anak ini, penulis merasa ada yang kurang. Bahkan, penulis merasa bahwa ada perasaan yang tak dapat digambarkan dengan spidol atau krayon acapkali penulis mengajar di kelas anak ini. Mungkin, inikah yang disebut perasaan 5. huruf? Ya! C, I, N, T, A. Namun, penulis selalu sadar diri bahwa penulis tidak mungkin memperoleh hatinya, tapi perasaan 5 huruf ini kian hari kian membuncah-buncah, namun segala hal ada good timing nya. Jadi begini, baik penulis maupun anak ini adalah pengguna media komunikasi bably sebuah media komunikasi yang dipunyai oleh beberapa operator seluler. Dan media ini, banyak digunakan oleh rekan-rekan tunanetra, lantaran media ini lebih simple bagi mereka.
Simpelnya dari sisimana? Ya! Lantaran media ini cukup dengan menggunakan handphone yang menggunakan senter. Dengan media ini, kita juga lebih banyak berkomunikasi dengan menggunakan suara. Kami, sering saling membalas postingan lewat pesan pribadi dan makin akrab. Bahkan, penulis dengan anak ini sudah berteman dib ably jauh sebelum anak ini pindah ke sekolah tempat penulis mengajar.
Bahkan, penulis terhenyak ketika desas-desus anak ini akan pindah ke tempat mengajar penulis. Tapi, perlu penulis luruskan bahwa bukan penulis yang mengajak anak ini pindah ke Makassar. Melainkan, inisiatif yang bersangkutanlah yang mengantarnya menginjakkan kaki ke Makassar. Untuk bersekolah dan menambah pengalaman hidup.
Suatu hari, penulis menerima balasan inbox dari anak ini yang bunyinya adalah sebagai berikut “Pak guru, saya diminta teman-teman bertanya apa pak guru ada pacar, kalau ada pacar, katanya kami tidak akan mengganggu”. Penulispun menjawab inbox dari anak ini dengan jawaban sebagai berikut “tidak nak, pak guru tidak punya pacar.” Singkat kata, penulis mencium gelagat yang tidak beres dari anak ini, dan akhirnya penulis membaca tanda-tanda bahwa ini ada benih-benih cinta dari dalam diri yang bersangkutan. Sebagai sosok yang juga merasakan getaran yang sama, emang gempa pake getaran segala?. Akhirnya, penulispun mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan rasa cinta dan suka penulis kepada Destin.
Penulis mengungkapkan perasaan hati kepada Destin pada tanggal 23 mei 2017 tepat pada pukul 13 siang lewat pesawat telephone. Saat penulis menyusun risalah ini, penulis sangat bahagia rasanya ketika penulis mengingat momen-momen dimana Destin juga merasa tersipu ketika penulis menelephone Destin yang kala itu,  sedang beristirahat di kamarputri. Tak disangka, destin pun membuka hatinya untuk penulis.
Ketika tahu kalau Destin membuka hati untuk penulis, penulis merasakan kebahagiaan yang membuncah-buncah. Lantaran penulis merasakan cinta berbalas dan tidak bertepuk sebelah tangan tapi bertepuk tangan pastilah ya.
Tapi, yang namanya pacaran dan ikhtiar untuk menjemput jodoh memiliki beragam ujian yang sudah barang tentu menjadi warna dalam hidup yang tentu akan amat berkesan untuk dikenang kata koesplus. Pertama, lantaran destin kala itu memiliki rasa cemburu yang tinggi, ketika penulis mengobrol dengan kaumnya. Dan wajar, lantaran cemburu adalah pertanda sayaaaaang.
Kedua, masalah keluarga, yang menaruh harapan agar penulis menikah dengan orang awas. Hingga akhirnya, penulis harus melawan nurani lantaran penulis ingin mencoba membahagiakan orang tua dengan cara mengikuti kemauan orang tua mencarikan jodoh di sebuah pondok pesantren, walau sudah punya pacar.
Tapi, sebuah kesyukuran lantaran keinginan orang tua oleh tuhan tidak diperkenankan,karena penulis juga tahu diri, lantaran penulis bukan termasuk sosok idaman santriwati di pondok pesantran.
Bagi penulis, niat keluarga menjodohkan penulis dengan santriwati karena seolah-olah santriwati adalah sosok yang sudah memiliki hati yang ikhlas menerima lelaki yang serba diurus ini, Adalah niat yang salah.
Padahal, mereka tidak sadar bahwa mereka harus memantaskan anaknya untuk menerima kreteria yang cocok. Perna suatu pagi, penulis bilang ke papa kalau penulis tidak dapat orang awas, penulis mau dengan tunanetra. Tapi, tunanetra yang penulis mau adalah tunanetra yang mampu mengurus rumah, dan lain sebagainya.
Mendengar ucapan penulis, papa sedikit kurang setuju. Namun, setelah penulis mencoba memberi pengertian walau itu tidak full seratus persen, tapi papa telah menerima sedikit demi sedikit, walau itu tidak mudah, dan penulis sadar bahwa itulah perjuangan yang harus penulis lalui.
Penulis belum terbersit sekalipun kalau penulis akan menaruh uang eh salah menaruh hati kepada seorang tunanetra terlebih ia adalah seorang Destin yang sudah menjadi isteri penulis saat tulisan ini disusun dan dipublikasikan. Akhirnya, setelah pencarian jodoh di pesantren menemui jalan buntu, akhirnya penulis menggagalkannya dan menyampaikan bahwa penulis telah jatuh hati dengan seorang tunanetra yang merupakan pilihan penulis. Papa langsung berujar, apa sudah dipertimbangkan? Penulis bilang sudah pa. , papa harus terima karena kalau papa tidak terima berarti papa sudah menghina bahkan menganggap penulis tidak diterima kelahirannya di dunia lantaran penulis adalah seorang tunanetra. Mendengar hal tersebut dari penulis, akhirnya papa sedikit demi sedikit luluh. Tapi, penulis masih harus berhadapan dengan keluarga lain yang mohon maaf pemikirannya masih kolot akan kondisi seorang tunanetra. Bahkan, ada salah satu dari mereka yang mau melakukan cara yang tidak elegan yaitu melakukan tindakan perdukunan nasional, dengan mencacah-cacah penulis.
Walau demikian, penulis tetap menjalani hari-hari dalam bingkai asmara dengan Destin, tapi makin hari cinta Penulis ke Destin semakin mendalam, pun juga yang dialami oleh Destin, tapi entah apa yang membuat penulis semakin mempertahankan seorang Destin, bukan karena cinta buta. Melainkan, memang penulis melihat banyak kelebihan yang terlihat dan pantas Untuk diperjuangkan dalam diri seorang Destin.
Setelah kurang lebih 6 tahun penulis menjalani hari-hari dengan Destin, tentu dibarengi dengan ikhtiar. Akhirnya, keluarga penulis bil khusus adik bungsu penulis menerima keputusan penulis. Memilih Destin.
Dengan dukungan adik penulis, serta perkenan ilahi akhirnya pada Desember 2022 penulis berangkat dari tempat tugas penulis di kota Kendari menuju tanah Muna untuk mewujudkan keseriusan penulis untuk melamar dan menikahi Destin.
Bahkan, orang tua khususnya mama dari Destin yang sekarang telah menjadi mertua penulis tidak percaya seolah ia merasa bermimpi kalau,  penulis akan menginjakkan kaki ke tanah muna. Bahkan, penulis hanya didampingi oleh seorang teman, tapi selebihnya penulis sendirilah yang mengkomunikasikan segalanya mulai dari kesiapan, maskawin hingga penyelesaian secara adat berdasar adat yang berlaku di Muna.
Setelah kurang lebih 6 bulan pasca lamaran, penulis dalam hal ini diwakili oleh keluarga inti kembali bertemu dengan pihak destin seperti kedua orang tua, dan keluarga inti dari destin, serta para petua dusun kembali berunding dan menentukan tangal.
Dan dipilihlah hari Senin 10 juli 2023 , dengan pakaian adat muna dan iringan tabuhan gong dan dampingan keluarga, penulis dengan dampingan tetua dusun berjalan kaki ke rumah Destin untuk melaksanakan aqad nikah. Sesampai penulis sebagai mempelai di rumah Destin, acara didahului dengan prosesi adat muna, kemudian dilanjut dengan aqad nikah yang langsung dilaksanakan oleh Kepala KUA kecamatan Duruka Kabupaten Muna, dimana Penulis melaksanakan prosesi ijab dan qabul. Yang isinya, adalah sebagai berikut wahai ananda Sujono said S.H bin Said bakri S.Pdi, akunikahkan dan kawinkan anak perempuan yang bernama Destin binti Laode ringa dengan engkau  Yang walinya telah mewakilkan kepada saya dengan maskawin sebuah cincin emas dan adat 80 boka muna tunai karena Allah. Penulis pun menjawab, saya terima nikah dan kawinnya Destin binti Laode ringa dengan maskawin sebuah cincin emas, dan adat 80 boka muna tunai karena,  Allah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Membangun paradigma nklusi