Genap 18 tahun hobi menulisku dapat apa?

Oleh:Sujono said


“Adik-adik sekalian, para peserta pelatihan yang saya cintai dan saya banggakan, kami berharap setelah pelatihan ini kalian menjadi jurnalis islam yang bisa menulis, berpikir kritis, kreatif, dan inofatif.” Ujar Sitti Mukarramah ketua bidang pengkajian ilmu pengetahuan pimpinan daerah IRM kota Makassar masa bakti 2003-2005 saat memberikan sambutan pada kegiatan opening ceremony pelatihan jurnalistik Ikatan remaja Muhammadiah pada 24 desember 2004 tepat 18 tahun silam di Masjid ta’mirul Masajid yang penulis ikuti kala itu.
Setelah penulis mengikuti pelatihan jurnalistik dan kepenulisan tersebut, penulis mulai mengikuti lomba karya tulis yang diadakan oleh Ongkio Braille internasional di jepang. Namun, saat penulis mengetahui bahwa penulis tidak lolos untuk mengikuti lomba lantaran naskah yang penulis kirim tidak sesuai dengan ketentuan, penulis tidak patah arang apa lagi patah hati.
Namun, hal tersebut adalah turning poin atau titik balik bagi penulis untuk tetap belajar menulis, al-hamdulillah, ketika itu penulis sedang mengikuti pelatihan computer bicara, terlebih kalaitu Sulawesi selatan khususnya di Yapti tempat penulis dibina baru diperkenalkan talking computer dengan program jaws.
Terlebih, kala itu penulis selalu ingin berusaha untuk mampu mengetik 10 jari, sehingga sejak itu penulis berpikir untuk belajar menggunakan kesempatan tersebut untuk mengasah bakat menulis. Sejak tahun 2005, penulis selalu mencari contoh-contoh cerpen, artikel, essai, opini, dan lain sebagainya tanpa tahu definisi dari semua itu. Yangpenting, bagi penulis menulis dululah.
Kala itu, penulis lebih sering menulis essai yang berbau relygi. Tapi, penulis mendapatkan advice dari instruktur penulis bahwa jangan hanya mau menulis yang berbau relygy saja, lantaran seorang penulis harus mampu menulis segalahal, dengan maksud dan tujuan dapat memperoleh tempat yang layak di hati pemirsa eh pembaca maksudnya. Lantaran pembaca juga memiliki kehidupan yang beragam. Akhirnya, tahun 2006, penulis mulai menulis essai yang bersifat umum.
Salah satu yang penulis ulas sebagai tulisan pertama adalah tunanetra peluang dan tantangannya, terlebih kala itu lagi marak-maraknya perjuangan terhadap kaum tunanetra yang kerap kali mengalami diskriminasi, mulai dari penolakan masuk sekolah umum, universitas kecuali mengambil jurusan pendidikan luarbiasa, hingga ketak bersediaan dokter memberikan keterangan berbadan sehat bagi seorang tunanetra yang akan melamar kerja di instansi pemerintah.
Mengapa praktik tersebut kerapkali terjadi? Lantaran kekurang tahu dan kekurang fahaman mereka, serta ketakutan mereka pada lefel penguasa setingkat diatas mereka kala itu. Dan judul itu, penulis angkat berdasar rekomendasi dari Kakanda Iyehezkiel parudani S.Pd, M.Ed, yang selalu banyak memberikan advice pada penulis.
Pada tahun 2007, penulis membuat tulisan yang berjudul tunanetra dan teknologi, dan tulisan tersebut diam diam dilirik oleh redaktur Majallah Sipakatau dibawah naungan PPCI sul-sel sekarang PPDI sulsel. Belakangan, penulis tahu bahwa tulisan tersebut dicopy oleh kanda Iyehezkiel kemudian dibahas dalam rapat redaksi apa layak atau tidak masuk dalam salah satu rubric di majallah tersebut.
Penulis baru tahu, ketika penulis ditelephone dan diminta ke secretariat PPDI untuk mengambil honor menulis kala itu. Sangat senang rasanya, lantaran penulis memiliki seorang senior yang mendorong adik-adiknya untuk maju. Penulis menganggap bahwa apa yang beliau lakukan adalah menghargai penulis sebagai salah satu dari sekian banyak adiknya yang ingin maju seperti mereka.
Alhamdulillah, honor menulis yang penulis terima kala itu cukup untuk menutupi pelunasan tagihan LKS yang telah penulis hutang pada bapak dan ibu guru di sekolah. Jadi, uang yang mama kirimkan kala itu, penulis simpan dan gunakan untuk kebutuhan lainnya yang sewaktu-waktu terpenuhi, al-hamdulillah.
Akhirnya, pada tahun 2008, penulis kembali mengikuti lomba menulis, syukurnya penulis menjadi,  pemenang kehormatan, artinya banyak kemajuan dari bagaimana penulis menciplak bukan menciplak isi, melainkan menciplak model-model artikel. Mengapa? Lantaran hobby yang tidak dilandasi dengan knowledge, hanya belajar dengan menggunakan metode belajar ciplakologi, hehehehe? ini ilmu barukan?. Ya! Lantaran hobby yang dilaksanakan tanpa didasari dengan ilmu, jadi di satu sisi hambarlah. Padahal, hobby juga harus di ilmui bukan?.
Pada tahun 2010, penulis mengikuti pelatihan yang diadakan oleh sebuah komunitas menulis Panyingkulu, sebuah komunitas penulis yang mengambil branding local sebagai identitas mereka sebagai orang Makassar. Pada kelas menulis tersebut, penulis mulai banyak belajar tentang oh opini itu seperti ini, essai dan artikel itu seperti ini dan seterusnya.
Akhirnya, pada tahun 2011, lagi-lagi tepat jelang 8 tahun menulis, penulis memperoleh kado apa itu? Yaitu kesempatan mengikuti pelatihan kepenulisan yang diadakan oleh Forum lingkar pena Sulawesi selatan sejak tanggal 23-25 desember 2011 di Pucak Maros, di sanalah semua bermula. Kala itu, penulis bertemu dengan Bunda Pipit senja, apa beliau masih sehat? Semoga beliau juga masih sehat.
Setelah itu, penulis lebih sering lagi mengikuti sekolah menulis, penulis sudah sering bertemu dengan Kak Muhari wahyunurba, Kak Aida Radar yang memiliki nama asli Ummu saida badar S.Pd, M.Pd, Kanda Rahmawati latief, dan masih banyak lagi penulis lainnya, dan mereka semuanya telah memiliki buku dengan kategori penjualan terbaik dan beberapa telah penulis baca dan nikmati secara khusyuk.
Di kelas menulis, penulis juga banyak belajar bagaimana menembus media, bukan membobol media ya guise, lalu? Apa beda antara membobol dan menembus? Jadi, membobol adalah membobol bangunanya, dan mengambil isinya. Sedangkan menembus adalah, bagaimana agar tulisan kita dapat dimuat di media seperti TV, Koran, dan lain-lain sebagainya, lumayan dapat honor. Penulis juga banyak belajar tentang bagaimana agar tulisan kita dapat memenuhi kreteria yang dipersyaratkan oleh para penerbit yang terkasih. Hal lain, adalah penulis juga belajar mengenai apa itu kwantum reading,  cara membaca cepat dan hal lain yang berkaitan dengan ilmu-ilmu kepenulisan.
Kemudian, pada awal 2014, penulis secara tak sengaja lagi-lagi yang namanya rezeki tak terduga penulis bergabung di salah satu group face book yang bernama komunitas bisa menulis (KBM), group ini dimotori oleh kanda Aisah alamsyah yang tak lain adalah suami dari Asma nadia salah satu idola penulis dengan berbagai novelnya. Yang banyak penulis baca beberapa tahun terakhir.
Kala itu, penulis akhirnya banyak belajar kaidah kesusastraan, cara penulisan, etika menulis, termasuk etika menulis di media social dan masih banyak lagi hal yang penulis dapatkan tentu lewat perkenan Allah ta’ala.
Lalu? Apa yang penulis dapatkan selama menekuni hobby yang satu ini? Jadi penulis juga tidak. Tapi, penulis yakin bahwa tidak ada yang tuhan sodorkan bagi penulis yang sia-sia. Pasti ada manfaatnya, akhirnya, pada 11 Agustus 2014 penulis mengawali karier sebagai guru. Tentu, apa yang penulis dapatkan di kelas menulis sangat berguna. Terlebih, ketika penulis mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia.
Apa yang penulis peroleh, baik di kelas-kelas kepenulisan, maupun di kelas lain seperti public speaking misalnya sangat berguna. Ilmu inilah yang mengantarkan penulis menjadi seorang guru bahasa Indonesia, bahkan diawal penulis mengajar, penulis sempat membuka kelas menulis bersama beberapa siswa penulis.
Hal lain yang penulis dapatkan, adalah ketika penulis banyak bergaul dengan para penulis handal, maka penulis juga semakin tertarik dan jatuh cinta dengan dunia literasi, artinya penulis semakin rajin membaca, dan tetap menjalani hobby penulis yang sudah penulis dapatkan dan gunakan dengan ilmu yang penulis peroleh.
Al-hamdulillah, hari ini tepat 24 desember 2022, penulis genap 18 tahun menjalani hobby sebagai penulis, memang penulis tidak hidup dari penjualan buku, tidak hidup,  dari honor yang didapat ketika menjadi seorang kolomnus di salah satu media cetak missal, tetapi selama penulis menjadi guru, baik sebagai guru kelas, maupun sebagai guru maple bahasa Indonesia yang mengantarkan penulis mengawali karier di SLB (sekolah luar biasa) kurang lebih 8 tahun silam.
Semua yang penulis dapatkan, tentu tuhan siapkan lewat hobby penulis, bahkan sampai hari ini penulis masih lebih sering melampiaskan kegemaran menulis lewat sebuah blogg yang penulis namai gagasan lelaki biasa. Lantaran penulis memang merasa hanya seorang lelaki biasa yang tak punya apa-apa selain gagasan dan pemikiran.
Sekali lagi, al-hamdulillah, genap 18 tahun hobby menulis dijalankan, bagi penulis tidak ada yang sia-sia. Justeru, ini semua adalah berkah dari tuhan yang diturunkan buat penulis lewat caranya. Penulis juga sangat berterimakasih pada mereka-mereka yang banyak berjasa bagi penulis dalam mengakomodir hobby penulis selama ini. Semoga tuhan senantiasa melimpahkan berkah kepada penulis, agar penulis tetap produktif dalam mengajar sebagai guru, dan memberikan sumbangan pemikiran bagi bangsa dan Negara yang amat kita cintai ini. Sehingga, kita semua boleh menjadi warga yang baik dengan sumbangsi terbaik,  pula.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi