Benarlah fatwamu mama aku tak menyesal hari ini

Oleh:Sujono said


Setelah penulis melalui ikhtiar dengan menjalani rangkaian operasi, maka penulispun diajak berlibur ke beberapa kota, salah satunya adalah kota kendari provinsi sulawesi tenggara sekitar kurang lebih 20 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1996. Setelah itu, penulis kembali seperti biasa menjadi pendengar di sekolah mama dan papa setiap jam pelajaran hingga pulang. Dan layaknya, penulis seperti siswa di sekolah selalu menjalani proses naik kelas sampai kelas4. Dan itu, terjadi pada tahun 1997.
Sebenarnya, sejak operasi dipastikan tidak membuahkan hasil maksimal, dan penulis ogah menggunakan kacamata tebal, maka mama sebenarnya sudah berencana untuk memasukkan penulis di SLB. Tapi, lantaran kala itu penulis masih sangat kecil, dan belum siap berpisah denganmama maka ditunggu hingga waktunya penulis ready untuk itu. Akhirnya, mungkin ini adalah jalan tuhan dan secara kebetulan pada tahun 1996, papa diangkat untuk menjadi kepala sekolah di pulau, dan setahun kemudian mama juga harus ditugaskan menyusul beliau dengan pertimbangan mendampingi suami, maka penulis mau tak mau, suka tak suka, harus mau berpisah dengan mama dan meninggalkan zona nyaman penulis dan bersekolah di SLB di Bulukkumba.
Akhirnya, pada oktober tahun 1997, bertepatan dengan usai libur caturwulan1 (CAWU)1, penulis pun mulai bersekolah di SDLB Bulukkumba sekarang SLBN1 bulukkumba. Setelah harus melalui perjalanan panjang dengan mendengarkan tausiah dari mama menjelang tidur. Hal yang selalu dinasihatkan oleh mama, adalah penulis harus rela berpisah dengan mama, karena dengan harapan salah satunya agar penulis menjadi penceramah dan terkenal di mana-mana dan berikut adalah nasihat beliau dalam bahasa Selayar, tapi penulis akan menuliskan dalam bahasa Indonesia, takutnya kena roming he he he he?. “Anakku sayang! Kamu harus rela berpisah dengan mama, karena sekolah umum, tidak memungkinkan untuk kamu bersekolah nak. Kalau kamu bersekolah di SLB, kamu nanti jadi penceramah, keliling ceramah. Selain itu anak ku sayang, kamu juga tidak akan menyesal tatkala teman-temanmu naik mobil mewah,dan menggandeng isteri yang cantik, dan menenteng tas besar, dan lain sebagainya”.
Kurang lebih itu yang mama nasihatkan kepada penulis, akhirnya penulis menjalani hari-hari di rumah om yang tak lain adalah saudara dari papa. Selama awal mula penulis berpisa dengan mama, penulis belum mampu untuk mandiri. Namun, berkat bimbingan dari om said alias Patta awing dan juga isteri, penulispun menjalani tahap demi tahap. Pertama, penulis terlebih dulu belajar mencuci dalaman yaitu singlet dan maaf celana kolor. Setelah penulis naik kelas3 di SDLB, penulis mulai belajar mencuci baju. Selebihnya belajar banyaklah utamanya teknik mencuci pakaian.
Ketika penulis baru sepekan hingga sebulan pertama berpisah dengan mama, penulis sering menangis tersedu-sedu setiap penulis akan tidur di malam hari. Tapi, setelah pagi hari penulis kembali ceria. Lantaran penulis akan berangkat ke sekolah, terlebih penulis sudah punya cita-cita tinggi sebagaimana yang di iming-imingkan oleh mama, walau kini kenyataannya tidak demikian adanya.
Tapi, itulah proses yang harus dijalani. Hari-hari penulis, selama bersekolah di bulukkumba, penulis tiap hari jalan kaki dari rumah om ke sekolah selama 6tahun. Setiap pulang sekolah, terlebih setelah penulis tahu membaca tulisan Braille, maka penulis sering membaca buku Braille di rumah pada malam hari.
Banyak informasi dan pengetahuan yang penulis peroleh ketika penulis membaca buku Braille, mulai dari informasi mengenai politik, sejarah, dan lain sebagainya. Penulis juga bersyukur, isteri dari patta awing, yang oleh kami memanggilnya Patta te’ne dengan sabar ketika penulis mengexpresikan sikap kritisnya ketika penulis bawel bertanya tak ubahnya seperti saleh solihun sebagai wartawan surat kabar.
Di sekolah, penulis dengan usianya secara biologis masih usia kanak-kanak, juga sering mengekspresikan sikap kritisnya pada beberapa guru di sekolah dan,  bertanya juga layaknya wartawan tempo yang melakukan infestigasi he he he he?. Bersyukur, ada beberapa guru yang menjadi narasumber penulis salah satunya adalah wali kelas penulis yaitu Ibu Sitti bahria ismail dan suami beliau yaitu pak Mustafah. Selain itu, penulis juga sering banyak bertanya dan bertanya banyak pada Pak Haji Muhammad sahib yang sekarang sudah menjabat sebagai kepala sekolah di SDLB Bulukkumba yang sekarang SLBN1 Bulukkumba. Penulis juga sering bertanya mengenai tata kelola organisasi, yayasan, dan komunitas kepada salah satu guru penulis yang bernama Pak Muhajir yang juga guru spesialis tunanetra atau dulu namanya jurusan A.
Ketika penulis di sekolah, terlebih ketika penulis sudah kelas3, wali kelas penulis yang nama lengkapnya telah penulis tuliskan diatas, tapi lebih akrab disapa bu Ria, memberikan motifasi kepada penulis untuk rajin belanja eh belajar maksudnya, maaf ya salah ketik he he he he?. Beliau memotifasi penulis untuk rajin belajar dan merekomendasikan SLB-A YAPTI sebagai tempat penulis melanjutkan studi di tingkat SMP. Lantaran beliau juga sebagai guru dengan latar belakang disiplin ilmu spesialis tunanetra di SGPLB Makassar.
Akhirnya, penulis belajar dengan giat, Ketika penulis sudah kelas6, akhirnya suatu hari penulis pulang dari sekolah. Kala itu, setiap ajaran baru, di Bulukkumba bertepatan dengan musimpanen cengkeh, ketika penulis berjalan kaki pulang dari sekolah dan sepanjang jalan kenangan aduh salah ketik lagi, sepanjang jalan yang penulis lewati banyak orang yang menjemur cengkeh, bahkan saat tulisan ini disusun tetiba penulis mengimajinasikan bau cengkeh yang penulis cium kala itu.
Lalu? Apa yang terjadi dengan cengkeh tersebut? Jadi begini, ehem tarik nafas duluya! Kala itu, penulis sudah kelas6, dan penulis menanamkan janji dalam hati dengan berujar, Insya allah mudah-mudahan tahun inimi saya terakhir cium bau cengkeh, tahun depan, mungkin cium bau-bau kota, wabil khusus kota Makassar.
Akhirnya, pada tanggal 14 Juli 2003, penulis betul-betul mengucapkan selamat jalan kepada kabupaten bulukkumba, dengan mottonya bulukkumba berlayar menuju kota Makassar. Lantaran penulis telah tammat dengan sempurna dan berakhir dengan khusnul hatimah, emang orang meninggal? Enggak dong, segala sesuatu yang berakhir dengan baik itu disebut berakhir dengan khusnul hatimah alias happy ending. Misal, proyek pembangunan jembatan yang telah rampung, dan tukangnya juga terampil dan telaten, maka itu juga disebut dengan proyek yang berakhir dengan khusnul hatimah.
Akhirnya, pada tanggal 17 juli 2003, penulis menuju ke SLB-A YAPTI untuk mengambil formulir, dan tanggal 21 Juli 2003 penulis mulai bersekolah, praktis kehidupan ber asramapun bermula. Di YAPTI, penulis belajar banyak hal, mulai dari belajar bermain keyboard, belajar Bahasa inggris di luar jam sekolah, belajar menulis karya sastra, dan masih banyak lagi hingga akhirnya penulis bersekolah di sekolah umum bersama dengan siswa yang normal.
Walau demikian, penulis tetap tinggal di asrama YAPTI, hingga akhirnya tahun2009, penulis harus living kost, lantaran ingin dekat-dekat dengan kampus. Ketika itu, penulis mendaftar untuk menjalani perkuliahan di Universitas Indonesia timur jurusan ilmu Hukum dengan konsentrasi S1 Ilmu hukum pidana.
Al-hamdulillah, akhirnya penulis selesai pada tahun 2013, saat mama berpulang ke rahmatullah. Sedih rasanya hati ini, ketika penulis akan menyelesaikan kuliah, tapi mama telah berpulang ke haribaan tuhan yang maha kuasa. Namun, penulis tetap berusaha untuk semangat, lantaran itulah yang harus penulis terima, toh sudah usai tugas beliau untuk membimbing kami. Setelah penulis selesai, lantaran pashen penulis adalah mengajar, maka penulispun berkeinginan untuk mengajar di sekolah swasta. Bahkan, di SLB, dan akhirnya pada tanggal 11 agustus 2014, penulis memulai karier sebagai seorang guru hingga tulisan ini disusun.
Pada tahun ke7 penulis mengajar, secara kebetulan penulis sedang mudik ke kampung halaman, maka,  penulis nyekar ke kuburan mama, saat itu akhirnya penulis bilang ke mama “mama, benarlah fatwamu. Walau hidupku tak sesukses mereka teman sepermainanku ma, tapi saya sudah tidak menyesal lagi terima kasih ma, bahagialah di alam keabadianmu mama tersenyumlah padaku”. Hal itu, penulis ucapkan ketika penulis menaburkan bunga diatas pusara beliau tentu didahului dengan doa agar beliau dilapangkan kuburnya, barulah menyampaikan rasa terimakasih pada beliau.
Begitu banyak hal yang mama ajarkan selama beliau mendampingi penulis, termasuk beliau mengajarkan pada penulis mengenai adab-adab ketika kita berurusan dengan birokrat. Hal yang paling berkesan bagi penulis hingga hari ini adalah, salah satu ajaran mama yang berbunyi sebagai berikut “ nak! Kalau ada cewek yang maaf memancing kamu untuk berbuat asusila, jangan layani nak. Kalau dia hamil, mama boleh jadi mati berdirinak. Apa kamu mau berikan untuk menafkahi anaknya orang”.
Itulah salah satu dari sekian banyak pesan mama yang selalu penulis ingat, al-hamdulillah, penulis memang tidak jadi penceramah, tidak jadi muballig terkenal, tapi kemampuan ceramah penulis, utamanya dalam menyampaikan pesan-pesan agama tidak kalah dengan para muballig papan atas. Lantaran penulis selalu ada hasrat untuk belajar banyak dan banyak belajar mengenai ilmu agama. Beliau boleh berbangga hari ini. Beliau juga boleh tersenyum hari ini, dan selamat hari ibu 22 desember,  2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi