Genap sudah 1 semester mengajar di tempat tugas yang baru

Oleh:Sujono said


Senin 11 juli 2022, penulis mulai melaksanakan aktivitas di tempat yang baru, dengan kultur kerja yang baru, dan dengan suasana yang baru pula. Setelah kurang lebih 8 tahun mengajar di salah satu SLB di Makassar. Selama ini, penulis hanya mengajar yang senasib, tetapi kini penulis mengajar anak yang berbeda nasib kalau boleh dikatakan begitu he he he he?. Yang penulis ajar mungkin nasibnya lebih baik dari penulis kali ya kalau sebelumnya sepadanlah dengan penulis he he he he?. Tapi, itu juga salah dan tidak benar. Yang benar yang mana? Ya yang benar ya yang benar.
Maksudnya, dulu penulis mengajar siswa yang tunanetra juga, alias hambatan penglihatan. Kini, penulis mengajar anak yang dengan hambatan intelektual dan juga seorang yang hambatan gerak alias daksa. Secara umum, penulis serasa mengajar di sekolah umum, karena yang penulis ajar adalah anak yang tak terkendala dari segi visual.
Tapi, tentu penulis melakukan adaptasi dalam hal strategi pembelajaran serta penyajian materi, lantaran yang penulis tangani ini adalah anak yang lintas hambatan kalau boleh penulis menyebutnya demikian. Di satu sisi, penulis cukup dengan modal mendikte, bahkan terkadang pula penulis menggunakan Handphone penulis  untuk mereka gunakan mengakses bahan yang akan penulis ajarkan. Tapi, terkadang pula mereka cukup penulis diktekan saja untuk mereka salin. Lalu, untuk materi, penulis menyederhanakan konten yang penulis akan ajarkan ke mereka. Tapi, untuk siswa penulis yang mengalami hambatan gerak ini penulis berikan pembelajaran yang diajarkan di sekolah regular, lantaran hanya mengalami 1 hambatan saja.
Sedangkan mereka yang telah teridentivikasi mengalami hambatan intelektual dengan skala ringan, maka penulis melakukan adaptasi di sana sini, terlebih sekarang sejak penulis mengajar di tempat tugas yang baru, maka kurikulum merdeka sedang dalam tahap sosialisasi, walaupun penulis masih menggunakan kurikulum 13 dengan pembelajaran yang berbasis tema. Dimana, pembelajaran ini dilaksanakan untuk siswa sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama.
Sehingga, penulis sedikit lebih mudah dalam menyajikan konten, terlebih siswa yang penulis ajar ada 3 orang dengan kelas dan satuan pendidikan yang berbeda, kebayang to repotnya? Tapi, sebagai guru sekolah luarbiasa, itu tak gampang walau juga tak sulit, ambil tengahnya sajalah.
Jadi, dengan pembelajaran tematik ini terkadang penulis mengakomodir agar semua siswa penulis yang berbeda kelas dan tingkat satuan pendidikan yang penulis ajar itu lebih ter cover. Secara materi, mereka juga terakomodir.
Misal, untuk siswa penulis yang kelas 5 tuna grahita, secara intelegensi, berdasar pengamatan penulis mampu di berikan pembelajaran kelas6. Walau terkadang, penulis mengajak yang bersangkutan merefew materi kelas sebelumnya missal pembelajaran kelas4 kebawa. Bahkan, lantaran mereka juga masih termasuk usia sekolah maka penulis berusaha untuk menyenangkan hatinya dengan menggunakan game atau sekarang dikenal dengan istilah ice breking, dengan begitu mereka senang belajar dan bagi penulis metode tersebut efektif bagi siswa, lantaran mereka tidak jenuh.
Dari apa yang telah penulis paparkan, al-hamdulillah penulis ternyata mampu mengajar anak dengan hambatan intelektual dengan skala ringan. Tapi, berdasar pengetahuan penulis belum ada guru dari kalangan tunanetra yang mengajar anak dengan hambatan autis dan hambatan pendengaran dan komunikasi atau yang kita kenal dengan tunarungu. Mengapa? Karena, ketika seorang tunanetra mengajar anak autis maka akan kewalahan ketika peserta didik membuat kondisi kelas gaduh atau lari ke luar kelas. Pun juga, seorang guru tunanetra akan kewalahan ketika ia mengajar tunarungu, lantaran mereka harus menggunakan isyarat tangan, mungkin bisa tapi amatlah terbatas.
Yang amat penulis terkesan, ketika penulis mengajarkan Bahasa Indonesia, dengan materi prosedur tex, penulis tidak menjelaskan terlebih dahulu apa yang disebut dengan procedural tex, tapi penulis,  terlebih dahulu meminta mereka menuliskan cara membuat segelas the, kopi, dan lain-lain dengan cara yang berurutan menurut pengalaman mereka. Nanti, pada pertemuan berikutnya, barulah penulis menjelaskan tentang pengertian, cirri, dan contoh procedural tex, yang tanpa mereka sadari sudah menjadi tugas yang mereka kerjakan pada pertemuan sebelumnya. Bahkan, ketika penulis meminta masing-masing dari mereka untuk mengerjakan tugas tersebut, mereka hanya mengatakan eh gampangnyami pa guru.
Bahkan, ketika penulis mengajarkan kepada mereka tentang paragraph deskripsi, penulis meminta mereka terlebih dahulu menceritakan hal-hal yang memungkinkan untuk mereka ceritakan, sebagaimana ada instruksi dalam buku pembelajaran tematik yaitu ayo bercerita missal, barulah penulis menjelaskan bahwa yang mereka lakukan itu adalah contoh paragraph deskripsi.
Yangjelasnya, selama penulis mengajar siswa dengan hambatan intelektual yang berskala ringan, dan siswa dengan hambatan gerak dengan intelegensi yang sebagaimana pada umumnya, tapi penulis tetap banyak membolakbalik bahan ajar ketika penulis punya waktu luang di sela-sela kesibukan penulis membaca, menulis, menonton potcas, dan membantu penjaga sekolah mengerjakan pekerjaan rumah.
Sehingga, dengan begitu penulis tetap lebih siap dalam memberikan pembelajaran kepada anak-anak yang tuhan titipkan kepada penulis untuk dididik, dibina, dan dibentuk agar mereka juga boleh menjadi kebanggan keluarga.
Al-hamdulillah, genap 1 semester sudah penulis mengajar di tempat tugas yang baru. Begitu banyak hal baru yang penulis pelajari, yang sebenarnya secara teori telah dijelaskan oleh para widyaswara dalam hal ini para pengawas PKLK dan instruktur nasional ketika penulis mengikuti pelatihan sebagai representasi dari sekolah berdasar mandat dari kepala sekolah di tempat tugas terdahulu.
Sebuah kebanggaan, dan tentu merupakan kesyukuran bagi penulis lantaran sejak 28 nofember hingga 1 desember 2022, penulis telah mengawal siswa yang penulis ampu untuk melaksanakan ujian semester ganjil. Tentu, penulis sangat menyadari bahwa banyak kekurangan penulis dalam menyajikan materi kepada siswa, tapi penulis akan senantiasa melakukan perbaikan di sana sini. Ya! Ini, adalah first momen bagi penulis sebagai seorang guru baru, dan dipertemukan dengan hal-hal baru menjalankan pendampingan bagi siswa untuk menjalani ujian semester sebagai seorang guru kelas. Dan penulis sangat bangga dengan siswa dan siswi penulis yang sangat menghargai penulis sebagai guru yang juga memiliki hambatan penglihatan.
Sebuah kesyukuran bagi penulis serta teriring doa agar penulis senantiasa sehat, dan semangat, serta ikhlas dalam melaksanakan tugas yang mulia dan juga menantang ini hingga waktunya nanti penulis tak memungkinkan lagi mengajar lantaran sudah uzur atau dipanggil pulang ke pangkuan yang maha,  kuasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi