Mengajar daring demi baktiku pada ayahku yang terserang struk

Oleh:Sujono said


Tanggal 20 nofember 2021, penulis menerima kabar bahwa papa terserang struk. Namun, penulis selalu menguatkan diri sembari tetap melaksanakan aktivitasnya sebagai seorang guru. Hingga akhirnya, tanggal 22 desember 2021 yang bertepatan dengan libur smester, natal, dan tahun baru, maka penulispun bertolak ke selayar untuk mendampingi papa. Selama sepekan, penulis sangat kewalahan, namun sepekan berlalu, penulis sudah mulai berdamai dengan kondisi yang papa alami.
Sepekan pertama, penulis sangat kelelahan, lantaran kurang tidur. Lantaran harus bergantian dengan saudara penulis menemani papa terutama pada malam hari. Bahkan, sepekan pertama, penulis jarang membuka hand phone walaupun itu sekadar untuk baca berita, ataupun menjawab pesan dari kolega, baik lewat personal chat, maupun lewat chat group. Tapi, sepekan kedua penulis sudah mulai berdamai dengan kondisi yang papa alami. Setelah pecan ke2, secara kebetulan hari masuk sekolah akan segera tiba, maka penulis pun berkomunikasi dengan adik. Dari hasil komunikasi dengan adik, maka penulis harus meminta izin untuk mengajar secara firtual dan alhamdulillah, permohonan penulis diterima dan tetap terhitung sebulan gaji.
Setelah izin penulis mengajar daring habis, penulispun kembali ke makassar dan mulai mengajar secara tatap muka sejak senin 7 februari 2021 walau demikian, komunikasi dengan adik tetap berjalan dan tetap menerima update tentang kondisi papa. Namun, pasca sebulan berlalu, tepatnya pada Jumat 18 Februari 2021, penulis mendapat kabar bahwa ayah penulis masuk di IGD rumah sakit umum Kab Kep Selayar. Padahal, penulis telah siap mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pengawas PKLK prov sulsel dan SLB Yukartuni sebagai tuanrumah, namun penulis mau tak mau harus pulang.
Keesokan harinya, tepatnya pada Sabtu tanggal 19 Maret 2021, penulis bertolak ke Selayar. Dan sesampai penulis ke selayar, penulis langsung ke perawatan jeruk mendampingi papa. Malam kedua ketika papa dirawat di perawatan jeruk, penulis mendampingi papa walau harus tidur di awal malam, karena akan bergantian dengan adik menemani papa saat tengah malam tiba.
Di tengah malam yang sunyi, saat penulis menemani papa, suasana rumah sakit sangat sunyi, al-hamdulillah tidak ada yang angkerlah. Penulis walau terkadang sudah mulai diserang kantuk. Namun, penulis tetap memilih menunggu hingga waktu adzan subuh tiba. Setelah adzan subuh tiba, penulis mengambil wudhu dan melaksanakan shalat seraya berdoa, memohon kiranya tuhan memberikan kesehatan kepada papa. Setelah itu, penulis menyempatkan diri untuk tidur, lantaran akan mengajar pada pagi harinya.
Setelah beberapajam, penulis terjaga saat suster jaga masuk di perawatan papa untuk mengecek kondisi papa. Setelah itu, walau kantuk masih menyerang penulis, penulis tetap mandi dan berpakaian rapih dan menjalankan lakon penulis di depan kamar perawatan tempat papa dirawat. Setelah itu, siang harinya, papa dipulangkan dari rumah sakit, setelah sehari sebelumnya telah diperiksa oleh dokter syaraf, yang menerangkan bahwa papa boleh pulang. Dari rumah sakit, beliau dibawa ke kampung untuk menjalani treatmen. Setelah 3 hari menjalani treatmen di kampung, papa dibawa kembali ke Benteng di rumah kami untuk menjalani perawatan.
Di bentenglah, penulis lebih banyak mengajar daring sejak jam 8.00 hingga jam 11.00, setelah itu penulis kembali bercengkrama dengan papa.
2pekan berlalu, akhirnya bulan ramadhan pun tiba, pecan pertama penulis tetap menjalankan puasa focus dengan papa. Namun, pada pecan ke2, penulis kembali mengisi kegiatan amaliah ramadhan secara daring atau firtual. Setelah idul fitri usai, penulis kembali melaksanakan pembelajaran secara tatap muka di Makassar hingga smester ganjil berakhir. Hingga akhirnya, pada ajaran baru tahun 2022 penulis dengan hati yang mantap teriring restu ayah yang telah sakit parah penulis mengajar di tempat tugas yang baru hingga torehan ini dirilis.
Selama penulis mengajar di SLB kusuma bangsa Kendari, setelah,  pindah dari SLB yukartuni Makassar, penulis mengajar 3 orang siswa dengan kelas dan ketunaan yang berbeda. Mereka terdiri atas 1 orang kelas5 C, 1 kelas8 C, dan 1 kelas7 D. Artinya, kelas 5 Grahita, kelas8 grahita, dan kelas7 daksa.
Siswa penulis yang kelas 7 daksa ini, sempat difonice mengalami struk ringan yang membuatnya tidak dapat belajar tatap muka. Akhirnya, penulis mengambil inisiatif mengajar yang bersangkutan secara daring. Al-hamdulillah, oleh kepala sekolah inisiatif penulis untuk mengajar yang bersangkutan secara daring,  dipenuhi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi