Keutamaan ramadan dan pengalaman pribadiku

Oleh:Sujono said


Menurut yang penulis tahu lewat ceramah di masjid-masjid, dan literature yang penulis baca berdasar dalil-dalil dari qur-an dan sun-nah, bahwa Ramadan memiliki beberapa julukan seperti bulan berlimpah berkah, bulan terkabulnya setiap doa, dan bulan pendidikan. Bahkan, ramadhan juga termasuk bulan jihad melawan hawa nafsu.
Untuk itu, mari kita kupas one by one, jadi kita mulai dari ramadhan adalah bulan terkabulnya doa, dan bulan berlimpah berkah. Berdasar pengalaman penulis dari perjalanan hidup sejak SMP, tentu ketika penulis menjalani ibadah puasa, tentu penulis merasakan berlimpah berkah dalam bulan Ramadan. Yang mana itu? Ketika penulis missal diundang teman atau lembaga untuk menghadiri acara buka bersama, tentu itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagi penulis. Belum lagi missal, ketika penulis berkumpul dengan keluarga, entah di awal, ditengah, atau jelang akhir ramadan.
Belum lagi missal, ketika penulis memiliki berjuta keinginan yang diwujudkan dalam bentuk ikhtiar sebelum Ramadan, dan setelah itu penulis lebih memasrahkan diri kepada tuhan dan memanfaatkan waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa seperti sepertiga malam, saat bersantap sahur dan menjelang berbuka, dan waktu-waktu mustajab lainnya. Penulis merasakan terjawabnya doa penulis lewat berbagai peristiwa yang membahagiakan, bahkan diluar nalar penulis, Allah mudahkan penulis untuk mengambil keputusan yang tepat dan merealisasikannya pasca ramadan.
Berdasarkan permenungan penulis atas apa yang penulis sering dengar lewat ceramah di mimbar-mimbar masjid, mushallah, langgar, surau, dan munasa, lantaran ini yang disampaikan adalah kebenaran ilahiah oleh pewaris tahta eh salah pewaris nabi dalam hal ini oleh para ustadz/ustadza, dan para penulis seperti sastrawan, novelis, dan essays kayak diriku ini itu benarlah adanya.
Mereka menyampaikan bahwa ketika bulan Ramadan tiba, maka syaiton dibelenggu. Lalu, ketika kita berhasil melakukan segala hal yang dimurkai Allah, di bulan Ramadan siapa yang mmelepaskan syaitan itu dari rantainya? Tentu adalah kita sendiri, makanya Ramadan juga disebut bulan pendidikan dan bulan jihad.
Lewat Ramadan, kita dididik untuk menahan diri dari yang jelas-jelas itu halal untuk kita makan, dan lakukan. Lalu? Apa pelajaran yang kita petik dari semua itu? Hal yang kita boleh petik dari semua itu adalah bagai mana kita untuk mengendalikan diri dari tindakan yang berlebihan. Seperti, makan berlebihan, tidur berlebihan, marah berlebihan, dan yang paling penting dari segalanya adalah menggunakan uang secara berlebihan. Mengapa kita tidak boleh makan berlebihan? Lantaran kapasitas pencernaan dan penampungan kita telah diatur kapasitasnya oleh Allah sepertiga untuk makanan, air, dan udara. Belum lagi, ketika kita makan makanan yang dapat merusak kesehatan.
Kita tidak boleh tidur berlebihan, lantaran berdasar pengalaman penulis, adalah ketika kita tidur berlebihan maka kita akan jenuh, kita akan gampang mengantuk, bahkan kesehatan kita akan sering terganggu. Kemudian, marah, ketika kita marah itu dapat merugikan diri dan orang lain. Bahkan, marah dapat menghancurkan reputasi dan masa depan. Ingat, marah bukan untuk ditahan tapi dilampiaskan. Tapi, lampiaskanlah kemarahan kita dengan cara yang bijak ketika kita merasa ada hal yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi ideology kita atau ajaran islam missal, maka sampaikanlah dengan cara yang bijak sana tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kaitannya dengan penggunaan uang atau harta yang berlebihan, adalah bagaimana kita harusnya mensyukuri harta yang Allah titipkan untuk kita kelola, bukan kita pamer, atau kita gunakan menindas kaumpapah atau kaum lemah. Sedangkan harta berupa barang habis seperti uang missal, berikan kepada yang betul-betul membutuhkan ketika ada yang berlebih dari hasil usaha kita.
Itulah kita diajar untuk menyantuni anak yatim/piatu seperti penulis hehehehe?, menyantuni fakir miskin, memberi bekal mereka-mereka yang menuntut ilmu dan,  berjuang di jalan Allah seperti para marbut, para pekerja social, mereka-mereka yang menuntut ilmu di rantau. Nah! Untuk anak yatim, janganlah kita menghardik dengan menyebut-nyebut apa yang telah kita berikan pada mereka. Lantaran, tindakan tersebut adalah kategori perbuatan mendustakan agama, sebagaimana dalam QS al-maun.
Sedangkan untuk para fakir miskin, adalah bagaimana kita mendukung mereka untuk menaikkan taraf hidup mereka. Misal, diawal kita beri mereka modal, kita cukupkan kebutuhannya, lalu kita bukakan ruang untuk meningkatkan taraf hidup mereka dari penerima jadi pemberi zakat fitrah/mal.
Sedangkan mereka yang berjuang di jalan Allah seperti para peksos, marbut, dan lain-lain adalah dengan cara mendukung kerja-kerja mereka dalam bentuk moril dan dukungan materil, pun juga mereka para penuntut umum eh salah lagi ni lidah aduuuuuu penuntut ilmu harus didukung dalam bentuk moril, dan juga dukungan dalam bentuk materil dan yang lebih utama adalah dukungan doa.
Kita tahu bersama, bahwa Ramadan adalah bulan bertabur pahala tapi jangan lupa Ramadan juga bertabur ujian. Nah! Untuk beroleh pahala, maka kita juga tentu diuji langsung oleh Allah. Nah! Banyak orang yang tidak lolos ketika diuji dengan kesenangan dan kebahagiaan tidak terkecuali penulis. Tetapi, banyak yang lolos ketika diuji dengan kesusahan yang ber tubi-tubi, bertensis-tensis, dan berg rammer-grammer.
Apa saja ujiannya? Ketika awal ramadhan, kita masi khusyuk dan hikmat dalam beribada, tapi setelah 5 ramadhan hingga akhir, sudah bermunculan ujiannya. Bagi perempuan yang telah masuk masa menstruasi tiba-tiba saja dikunjungi tamu padahal beberapa menit lagi waktu berbuka, belum lagi bagi yang lain ketika tetiba sakit yang membuat harus rela tidak shalat tarawih berjamaah bahkan rela untuk tidak berpuasa, belum lagi ketika kita harus tiba-tiba dihadapkan pada kondisi yang amat sangat tidak menyenangkan hati dan itu kejadiannya terjadi di siang hari saat kita sedang berpuasa.
Setelah kita belajar dan mencoba untuk memahaminya, inilah disebut dengan Ramadan sebagai bulan jihad. Apa itu? Yaitu berjuang melawan hawa nafsu kita. Ketika kita nyaris marah di siang hari maka sugestilah diri kita dengan mengatakan maaf saya lagi puasa. Pun juga, ketika kita berkeinginan untuk melakukan perbuatan tercela lainnya, maka sugestilah diri kita untuk tidak melakukan hal demikian. Itulah jihad kita untuk mengencangkan belenggu yang telah melekat pada syaiton dan iblis laknatullahi alaih.
Menutup tulisan ini, mari kita renungkan firman Allah dalam surah al-maun sebagai berikut” Tahukah kalian siapakah yang tergolong sebagai pendusta agama? Yaitu mereka yang selalu menghardik anak yatim, abai pada fakir miskin, dan celakalah mereka dalam shalatnya  mereka yang memberikan sesuatu dan menyebut-nyebutnya”.

, Keutamaan ramadhan dan pengalaman,  pribadiku.txt

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi