Idulfitri di kendari bersama diri sendiri

Oleh:Sujono said


Idulfitri adalah momen ketika kita telah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan yang terdiri atas 29 atau 30 hari. Hari itu, adalah momen dimana kaum muslimin dan muslimat berkumpul bersama keluarga dan handai taulan. Merekajuga, melakukan ziarah kepada keluarga mereka baik yang lama di rantau, mereka yang sudah sepuh dan sakit-sakitan, hingga mereka yang telah berpulang ke pangkuan ilahi rabbi Allah subhanahuwata’ala. Bagaimana dengan suasana idulfitri yang penulis alami?. Terlebih, penulis telah hijrah dari tempat tugas yang lama ke tempat tugas yang baru, tapi jelasnya bukan minad-dzulumati ilan-nur alasiratim-mustaqim ya guise hehehehe?.
Setelah pembaca membaca, ya iadong pembacakan membaca bukan tiduran atau keluyuran. Jadi, setelah pembaca membaca tulisan-tulisan yang penulis torehkan, tentu sudah banyak hal yang telah pembaca ketahui dari kondisi yang penulis alami kini berikut suasana hati terkini. Jadi, tanggal 19 april 2023 bertepatan dengan 28 ramadhan, pasca kepulangan penulis dari rotshow ramadhan seperti memberikan ceramah, silatur-rahim antar teman tunanetra, dan mengambil bingkisan ramadhan dari yang mau ngasi, penulis tiba di rumah jabatan SLB tempat penulis mengajar, sorenya penjaga sekolah yang menemani penulis tinggal meninggalkan rujab lantaran akan mudik ke kampung halaman di kabupaten Muna berlebaran dengan keluarga.
Praktis, sejak itu penulis hidup dalam kesendirian. Walau demikian, penulis sangat menikmati kesendirian penulis lantaran dalam kondisi tertentu penulis perlu sendiri. Malam-malam dalam kesendirian pun terasa tak berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Justeru, penulis menikmati malam-malam ramadhan yang tersisa. Penulis lebih banyak merenung, lebih banyak berdoa, dan penulis merasakan bahwa doa-doa penulis diijabah oleh Allah terlebih penulis merasa damai dan sejuk melakukan interaksi dengan rabbul izzati. Hingga, malam dimana takbir dari menara-menara masjid bersahutan berikut dentuman petasan dan kembang api semalam suntuk mengalahkan suara jangkrik yang sering bernyanyi di sekitaran tempat tinggal penulis.
Hal itu, adalah pertanda bahwa ramadhan pun bergegas meninggalkan kita. Tentu, bagi kaum muslimin, termasuk penulis merasa bahwa ramadhan terlalu cepat meninggalkan penulis, lantaran perasaan baru pecan lalu penulis menonton penentuan sidang isbat lewat layer kaca  di rumah salah satu pengelola masjid tempat penulis beribadah. Kini, penulis kembali di tempat yang sama di depan layer kaca menanti detik penentuan syawal. Saat hari raya idul fitri, tepatnya pada pukul 3 subuh, tetiba penulis dibangunkan oleh ketua yayasan yang berkunjung membawakan penganan lebaran buat penulis lantaran penulis tak tahu masak kecuali masak nasi jujur ya.
Al-hamdulillah, berkat kasih saying Allah lewat ketua yayasan dan isterinya yang merupakan kepala sekolah tempat penulis mengajar, penulis juga tetap merasakan suasana lebaran layaknya berada di rumah keluarga, al-hamdulillah.
Pagi harinya, setelah berbuka dengan penganan lebaran khas jawa dan juga penganan lebaran khas muna, plus segelas kopi hitam, penulis dengan tongkat putih berangkat ke Masjid Al-adli, tempat di mana penulis melakukan shalat jumat dan memberikan ceramah tarwi. Sesampai di sana, al-hamdulillah mereka baru akan memulai kegiatan takbir dan shalat idul fitri. Al-hamdulillah, penulis masih dapat shaf.
Setelah selesai lebaran, penulis kembali langsung ke rujab dan melakukan silatur-rahim dengan keluarga inti secara firtual wabil-khusus buat papa yang masih ada tapi sudah tidak berdaya lantaran struk yang dideritanya. Selebihnya, penulis kembali ke kegiatan tiap hari seperti shalat, tidur, menonton youtube, membaca berita, dan mengerjakan hal-hal yang dikerjakan oleh penjaga sekolah yang penulis juga memungkinkan lakukan, seperti menyiram bunga dan membersihkan.
Hingga tulisan ini terbit, penulis belum sempat berkunjung ke rumah keluarga yang sebenarnya secara kebetulan dekat dari tempat tinggal penulis. Walau,  demikian, semua telah diagendakan. Pun juga, penulis akan ber silatur-rahim ke rumah kolega-kolega penulis yang secara kebetulan adalah kawan sesama tunanetra.
Inilah yang dapat penulis share terkait kondisi idulfitri pertama di tempat yang baru, semoga kita semua masih dapat dipertemukan dengan ramadhan tahun depan, selebihnya lantaran tulisan ini disusun masih dalam suasana lebaran penulis ucapkan selamat hari raya idul fitri 1 syawal 1444 hijriah 22 april 2023 miladiah, mohon maaf lahir dan batin. Semoga, kita semua menjadi pribadi yang lebih,  baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi