Ramadan dan hari-hariku di kendari

Oleh:Sujono said


Al-hamdulillah, hamper setahun sudah penulis mengajar di tempat tugas yang baru, so sudah tak lagi harusnya dikatakan baru. Lantaran penulis telah banyak beradaptasi dengan kultur dan kondisi alam tempat dimana penulis tinggal dan berkarya serta menikmati hidup. Dan Ramadan tahun ini, adalah Ramadan iftita atau Ramadan pertama bagi penulis. Lalu? Apa ada yang berbeda dengan Ramadan-ramadan sebelumnya?. Nah! Bakal penulis jelaskan apa yang penulis alami dan rasakan saat tulisan ini dirilis. Seperti apakah rasanya? OK baiklah kita mulai.
Adapun hrutinitas penulis selama ramadhan adalah, dimulai dengan sahur, dilanjut dengan minum kopi hitam hingga waktu shalat subuh tiba. Setelah shalat subuh, penulis sebagaimana umumnya dan lazimnya pada ramadhan-ramadhan sebelumnya yaitu membaca al-quran hingga jam 6 pagi.
Nah! Di tahun-tahun sebelumnya, ada namanya program tidur pagi. Tapi, pada ramadhan kali ini, tidur pagi dimundurkan ke jam 10 hingga dzuhur atau bakda dzuhur, terkecuali tatkala penulis sudah oleng, lantaran penulis dalam menjalani perubahan dari kebiasaan lama, tidak sertamerta berubah begitu saja.
Sehingga penulis terkadang rebahan di waktu pagi. Tapi, setelah mengaji di pagi hari, penulis lebih banyak melakukan hobby penulis seperti membaca berita, dilanjut dengan menonton potcass-potcass andalan penulis atau melakukan kegiatan menulis. Entah itu administrasi sekolah, ataupun menyalurkan kesenangan penulis yaitu menulis.
Terlebih, pada hari pertama hingga 4(Empat) ramadhan penulis tidak melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Tapi, hari ke5ramadhan hingga 17 ramadan, penulis menjalankan aktivitas belajar mengajar sehingga kesenangan penulis seperti menonton potcass digeser pada siang hari setelah dzuhur lantaran pada jam 10 pagi penulis harus tidur lantaran oleng pasca pulang mengajar.
Selain itu, penulis juga menjalani kegiatan-kegiatan keagamaan terutama belajar ngaji secara firtual setiap kamis dan ahad. Lantaran cara penulis dalam membaca al-quran sangat aut-autan, sesuai dengan nama Sujono sembrono hehehehe?.
Tapi, penulis sangat terkejut juga sekaligus bersyukur, lantaran tahun-tahun sebelumnya, ketika Ramadan tiba ngaji paling hatam sampai juz2 doang. Tapi, setelah pindah ke Kendari, penulis al-hamdulillah telah berhasil menamatkan juz4. Padahal, kalau dipikir penulis hanya ngaji 2 hingga 5 lembar qur-an Braille doang per hari.
Bahkan, saat penulis sadar akan perubahan ini penulis sempat menangis sembari berdoa semoga ini adalah turning poin bagi penulis untuk lebih dekat dengan Allah dan menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera lahir dan batin.
Sedangkan pada malam hari, penulis melaksanakan ibadah shalat tarawih di masjid salah satu pondok pesantren yang tak jauh dari tempat tinggal penulis walau harus menyusuri gelapnya malam lantaran tak ada lampu jalan. Namun, penulis sangat menikmati itu lantaran suasana itu mengingatkan akan masa kecil penulis kira-kira 17 tahun yang lalu ketika penulis masih menjalani masa kanak-kanak di desa.
Bahkan, penulis juga sempat mendapatkan jadwal ceramah di masjid al-adli, salah satu masjid yang menjadi tempat penulis dan masyarakat sekitar tempat tinggal penulis melaksanakan shalat jumat dan shalat 5 waktu. Setelah kurang lebih 17 hari penulis menjalani Ramadan di rumah aja, pada hari ke 18 dan ke 19 oleh Allah penulis diberikan kesempatan untuk menjalani Ramadan di luar rumah dengan mengikuti tadarrus nasional yang diselenggarakan oleh Pimpinan pusat Ikatan tunanetra Muslim Indonesia secara firtual sedangkan untuk kota kendari dilaksanakan di centra Meohai.
Selebihnya, penulis akan menjalani sisa Ramadan di rumah dengan memperbanyak doa kepada Allah, semoga segala apa yang telah penulis ikhtiarkan diberikan hasil oleh Allah sesuai dengan apa yang penulis harapkan. Terlebih, Ramadan adalah bulan dikabulkannya doa setiap hamba yang bermunajat kepadanya, baik ketika mereka berpuasa, jelang berbuka, usai santap sahur, dan usai shalat,  tarawih baik sendiri maupun berjamaah atau usai tahajjut di sepertiga malam.
Selain itu, penulis juga banyak-banyak merenungi apa yang telah menjadi kelalaian serta kealpaan penulis karena kalau kehadiran sudah pasti hadir emang apsensi hehehehe?, serta memperbanyak istigfar dan memohon ampun serta bimbingan kepada sang empunya hidup agar menetapkan hatiku pada jalan yang ia ridhai dan menghindarkanku dari jalan yang ia murkai,. Akhirnya, menutup tulisan ini penulis berharap agar kita semua keluar dari bulan Ramadan dalam kondisi,  suci.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi