Dipanggil ke ruangan pimpinan buntut dari khutbah jumat

Oleh:Sujono said


Pagi itu, adalah pagi yang gado-gado bagi penulis, mengapa? Dibilang berkah boleh. Dibilang sial atau naas, juga boleh. Karena pagi itu tepatnya Sabtu 11 juni 2022 ketika penulis bersiap untuk menyeduh kopi di dalam kamar tetiba pimpinan datang ke kamar tempat tinggal penulis dan mengajak bicara 4mata. Padahal, penulis lagi bersiap menyeduh kopi. Ketika penulis sudah sampai di ruangan pimpinan, tak ada rasa gentar apalagi takut akan panggilan tersebut. Penulis justeru tenang dan nyaman berbicara 4 mata dengan pimpinan. Sesampai penulis di ruangan beliau, beliau langsung meminta klarifikasi terkait apa yang penulis sampaikan dalam khutbah jumat sehari sebelumnya.
Lalu, apa masalah yang sebenarnya? Jadi, begini yang namanya waspada boleh yang namanya peduli, boleh, tapi jangan terlalu berlebihan. Kala itu, sebenarnya ada instruksi kepada seluruh warga tunanetra yang memiliki afiliasi dengan lembaga tempat penulis berkarier agar tidak menerima sembako dari kalangan non muslim.
Tapi, penulis dan beberapa orang tidak setuju dengan instruksi tersebut, dengan alas an selama tidak ada missi terselubung yang mereka bawa terlebih kaitannya dengan agama maka menurut hemat penulis dan beberapa kawan yang faham secara mendalam akan Islam itu tidak akan menjadi masalah.
Namun, begitulah pola piker setiap orang dan itu wajar bagi penulis. Namun, penulis dan rekan-rekan tidak mau ambil pusing lantaran penulis berdasar paham agama dan berdasar kondisi lapangan sepanjang pengamatan penulis and friend tidak ada masalah. Akhirnya, secara kebetulan penulis melaksanakan ibadah khutbah di masjid tempat penulis berkarier dan bermukim, dalam khutbah, penulis lebih menekankan dan menitik beratkan pada perlunya kaum muslimin meningkatkan ukhuah islamiah dalam bentuk memiliki kepekaan social. Utamanya, kaum muslimin yang secara ekonomi berada di lefel menengah ke bawah. Mengapa? Ketika kita tidak memiliki kepedulian, maka mereka akan jauh dari ajaran Allah dan akan diambil alih oleh umat lain. Lantaran memang, dalam ajaran islam ada dikatakan bahwa kemiskinan akan mendekatkan seseorang atau suatu kaum kepada kekufuran naudzubil-lahi min dzalik.
Bahkan, dalam khutbah penulis sempat bilang jamaah sekalian jangan marah ketika rekan-rekan kita kaum muslimin dan muslimat lebih sering mendapatkan bantuan dan sokongan dari rekan lintas aqidah. Justeru, itu adalah tamparan bagi kita kaum muslimin agar kita lebih menjadi sosok yang peduli kepada saudara seiman kita.
Apa yang penulis sampaikan itu, adalah realita yang terjadi dalam hidup dan kehidupan kita, bukannya penulis pro terhadap pemurtadan seperti yang dituduhkan kepada penulis. Dan itu, menurut yang pimpinan dengar ketika penulis berada di ruangan beliau diucapkan di 2(Dua) khutbah jumat, ck ck ck, luarbiasa.
Jadi, ketika penulis diminta mengklarifikasi penulis menjelaskan apa adanya. Bahkan, pagi itu beliau bilang pak Jon, ini yang panggilki ini saya sebagai ketua yayasan, kalau pak Jon tidak searah lagi dengan saya, silakan cari tempat mengajar yang lain.
Sepulang penulis ke kamar di asrama, penulis langsung merasa bahwa apa yang pimpinan sampaikan adalah isyarat dari tuhan bahwa memang sudah waktunya penulis pindah, hal itulah yang membuat penulis memantapkan dan meneguhkan hati untuk berangkat ke kendari 2 hari pasca pemanggilan tersebut untuk mengurus berkas kepindahan ke tempat tugas yang baru.
Siang harinya, penulis mendapatkan personal chat dari beberapa alumni dan juga beberapa kolega, ada chat yang menyampaikan kronologi bahwa sesungguhnya setelah penulis menyampaikan khutbah dan shalat jumat usai pimpinan bertanya kepada sang imam rawatib dengan pertanyaan berikut “Bagaimana menurutmu itu khutbahnya pak jon”. Tapi, yang ditanya tidak merespon bahkan tak ada satupun yang merespon beliau.
Akhirnya, sambung sang pengirim, beliau mengomel seraya bersumpah dengan sumpah yang bunyinya begini Ya Allah, semoga yang tidak mendukung saya dicabut rezekinya oleh Allah. Dan di,  ujung chat tersebut, beliau bertanya kepada penulis, apa yang sesungguhnya terjadi?. Penulis menjawab chat tersebut dengan sebuah penjelasan yang bunyinya seperti ini, sudah lah ternyata inito soalnya syukurmi saya sudah dipanggil baru kita chatka. Andaikan belumpaka dipanggil baru kita chatka, mungkin saya juga akan kelabakan ujar penulis kepada sang pengirim chat ke Whatsapp penulis. Itulah drama yang menurut penulis lucu, menggelitik, termasuk mengagetkan penulis, lantaran penulis sedang bersiap menyeduh segelas kopi Luak white kopi di dispenser tepatnya di dalam kamar yang merupakan tempat penulis,  bermukim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi