menikmati hari-hari sebagai mantan pengurus lembaga

Oleh:Sujono said

Agustus 2014 tepat seminggu penulis meniti karier sebagai seorang guru di salah satu SLB di Makassar, penulis menerima SK pemberhentian dari jabatan penulis di kepengurusan Forum lingkar pena dibawah nahkoda kanda Bulqia Mas’ud, praktis penulis sempurna ber predikat mantan pengurus lembaga.
Sebelumnya, pada juli 2011, penulis menyelesaikan masa jabatannya sebagai pengurus DPD pertuni Sulawesi selatan masa bakti 2006-2011. Setelah itu, penulis aktif sebagai kader di Forum lingkar pena, namun karena penulis dan beberapa kawan tunanetra dianggap punya pengalaman berorganisasi, maka penulis kembali menjadi pengurus forum lingkar pena kota makassar masa bakti 2012-2014.
Setelah semua berakhir di 2014 bukan di januari ya guise seperti kata kaka glenn, maka penulis merasa sudah cukup dan memilih jalur perjuangan di luar organisasi. Lantaran penulis sibuk dengan kegiatan mengajar. Tapi, walau penulis sebenarnya sebagai seorang guru, penulis tetap boleh kok berorganisasi. Kecuali, penulis bergabung di partai politik, mungkin tidak etis walau penulis bukan seorang abdi Negara.
Tapi, mengapa penulis memilih jalur yang berbeda? Itulah pilihan yang penulis harus pilih, walau konsekwensinya adalah harus berjalan sendiri karena tak dibekingi oleh organisasi atau lembaga manapun. Namun demikian, penulis tetap menikmati pilihan tersebut dan menikmati hari-hari penulis sebagai seorang mantan pengurus lembaga. Walau begitu, dalam kapasitas sebagai tokoh tunanetra penulis tetap diundang untuk mengikuti diskusi-diskusi mengenai isyu disabilitas wabil khusus isyu menyangkut kaum tunanetra. Penulis teringat, kala itu diundang untuk mengikuti diskusi mengenai ketenaga kerjaan lantaran penulis banyak tahu komposisi karyawan di perusahaan serta apakah tunanetra mampu dan layak menempati posisi-posisi tersebut. Mengapa? Lantaran penulis juga sering bergabung dengan teman-teman yang bekerja di perusahaan. Selain itu, penulis juga sering mendengar diskusi para pebisnis di SMART FM radio talk. Itulah sebabnya, penulis sebagai tokoh tunanetra masih sering diundang untuk menghadiri berbagai diskusi-diskusi yang diselenggarakan para NGO.
Karena penulis berpikir, bahwa sudah waktunya penulis istirahat dari hiruk pikuk pergerakan, selain karena kesibukan lagi-lagi sudah menjadi komitmen bagi penulis walau usia penulis masih tergolong muda hingga tulisan ini disusun.
Namun, dalam perjalanannya, pada bulan ramadhan tahun 2017, penulis diminta untuk menjadi pengurus sementara di Ikatan tunanetra Muslim Indonesia sepeninggal kakanda Arman habib, penulis menerima itu lantaran penulis merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memperbaiki kaum tunanetra Muslim Indonesia.
Kala itu, tugas penulis sebagai pengurus sementara hanya menata organisasi dan mempersiapkan musyawarah wilayah untuk menentukan ketua defenitif. Penulis sering bergurau seperti ini “Hamzah, barangkali kalau muswil ini kukasitauki ketua terpilih bilang janganmi saya kasi jadi pengurus sudamina!” ujar penulis.
“Bagaimana kalau nanti kamu yang jadi ketua siapa maunu kasi tau?” ujar Hamzah menimpali, “kukasitahuki peserta muswil bilang janganmako saya pilih jadi ketua nanti tamba rumbangi organisasia” ujar penulis.
Kini, lantaran penulis memutuskan pindah dari sulawesi selatan ke sulawesi tenggara, maka praktis penulis tidak lagi menjadi pengurus defenitif pada periode berikut. Bahkan, beberapa waktu lalu, penulis diundang untuk menghadiri deklarasi dan pembentukan pengurus sementara Ikatan tunanetra wilayah provinsi sulawesi tenggara, penulis sempat diundang untuk memberikan masukan dalam kapasitas sebagai calon mantan pengurus, lantaran panitia semakin gencar mempersiapkan musyawarah wilayah di sulawesi selatan. Kepada kaum muslimin dan muslimah tunanetra sulawesi tenggara penulis sampaikan bahwa penulis tak lagi ada hasrat untuk menjadi pengurus. Biarlah, penulis menikmati hidup sebagai mantan pengurus lembaga.
Mumpung belum tua, dan mumpung masih sehat, biarkan saya,  menikmati hidup dengan cara lain. Mumpung masih muda, saya ingin menggunakan umur saya untuk memperbanyak ibadah, serta berdoa, bertaubat, dan mohon ampun sama Allah, lantaran saya ini banyak dosa utamanya dosa telinga dan dosa hati ujar penulis.
Ada beberapa kepengurusan organisasi yang penulis sudah mau tanggalkan, seperti sahabat netra missal. Lantaran penulis berpikir bahwa penulis tidak maksimal dalam memberikan pertimbangan karena penulis sudah jauh, maka penulis tinggal tunggu akhir periode, lantaran satu periode di Sahabat netra hanya,  setahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi