Cobaan terberat dalam hidup dan kehidupanku

Oleh:Sujono said


Tanggal 26 agustus malam tepatnya tahun 2013 yang lalu, penulis menerima kabar bahwa perempuan yang amat penulis cintai dalam kehidupan penulis telah menghadap ilahi dengan cara yang tragis. Malam itu, penulis langsung bersiap menuju kabupaten kepulauan Selayar untuk bersama kedua adik penulis untuk melepas sosok yang kami panggil mama menuju peristirahatan yang abadi setelah masa pengabdian beliau baik sebagai seorang mama, sebagai seorang guru, dan sebagai seorang yang telah mengabdikan hidupnya untuk tuhan di dunia ini berakhir.
Setelah penulis, dan rombongan keluarga inti tiba di rumah duka, beliaupun dimandikan, dikafani, dan di shalatkan oleh seluruh pelayat yang terdiri atas keluarga inti, rekan kerja, serta karib kerabat beliau. Setelah melewati masa berkabung selama kurang lebih 2 pekan, penulis kembali ke Makassar untuk menyelesaikan urusan yang tertunda, dan penulis kembali ke Selayar setelah semua urusan usai.
Sejak itu, penulis sudah tak ingin lagi kembali ke Makassar, lantaran penulis merasa bahwa ketiadaan mama membuat semangat penulis hancur. Bahkan, penulis lebih mau menemani papa di Selayar. Namun, papa setelah move on dari kesedihan, iapun mencoba membuat suasana agar penulis selalu merasa nyaman dengan papa.
Hingga akhirnya, 5desember 2013, setelah terdakwa yang mengeksekusi mama dan meregang nyawa difonis dengan pidana penjara oleh hakim pengadilan negeri Kab Kep Selayar, maka penulispun sudah mulai berdamai dengan keadaan dan bersama dengan papa memulai masa-masa recovery. Sejak itu, penulis lebih banyak mengisi hari-hari di selayar bolakbalik dari kota Benteng, menuju dusun Pondang yang taklain dusun dimana penulis menghabiskan masa kecil sebelum penulis bersekolah di kabupaten Bulukkumba. Akhirnya, setelah melewati malam pergantian tahun baru 2014, papa kembali mengajak penulis berbicara dari hati ke hati, hingga akhirnya penulis mau kembali ke Makassar untuk melanjutkan cita-cita dan asa penulis. Akhirnya, pada april 2014 penulis kembali ke Makassar untuk menjalani kehidupan penulis dengan suasana yang baru tepatnya di rumah penulis di bilangan Mangga tiga permai.
Selama di Makassar, penulis lebih banyak mengisi hari di rumah kecuali diajak oleh teman di PPDI sulsel, atau diajak oleh kawan mengikuti even. Lantaran saat itu, penulis akan melaksanakan wisuda, maka penulis tetiba terbetik dalam hati untuk kembali mengajar di SLB dengan tujuan untuk menanamkan paradigma yang inklusif, agar teman-teman senasib lebih percaya diri dalam menjalani hidup dan kehidupannya di kemudian hari. Namun, selama penulis di Makassar penulis merasa takpunya arah.
Setelah penulis menjalani prosesi wisuda, dan menjalani hari-hari selama sebulan penuh di bulan ramadhan dengan menjalani tarawih, buka bersama dengan papa dan adik, hingga hari raya idulfitri, maka penulis sudah diajak ke Selayar untuk menjadi pemain elektone hingga ijazah dari kampus keluar. Namun, keinginan penulis untuk memulai karier di SLB tetap terwujud sekitar 2 bulan pasca wisuda.
Selama penulis tidak menjalani perkuliahan dan telah menjadi sarjana, penulis sempat bingung akan nasib labtop yang penulis gunakan. Lantaran penulis sudah jadi sarjana, tapi penulis tidak lebih banyak menggunakan labtop. Maka penulis sempat berpikir bahwa labtop yang penulis gunakan ini sudah tak ada gunanya lagi.
Namun, Allah menegur penulis lewat peristiwa dimana penulis memulai kariernya sebagai guru di SLB Yukartuni pada agustus 2014 hingga akhirnya tulisan ini disusun. Dan labtop tersebut masih penulis gunakan untuk mengajar, mengerjakan administrasi sekolah, organisasi, hingga melakukan kesenangannya untuk menulis untuk konsumsi public. Al-hamdulillah, sejak penulis mengajar, penulis sudah mulai menata hati lantaran penulis telah menemukan pashen nya. Dan penulis sangat menikmati provesi yang digelutinya dengan penuh cinta hingga hari ini. Namun, penulis dihadapkan pada kegalauan baru di dalam hati. Lantaran gaji yang diterima hanya dibayarkan,  setiap 6 bulan sekali. Yang jadi pertanyaan penulis, selain mengajar aktivitas apa yang penulis harus lakukan sebagai aktivitas sambilan?. Namunn, Allah menurunkan kuasanya, hingga akhirnya yayasan membuat kebijakan bahwa gaji guru yayasan akan dikeluarkan setiap bulan yaitu 300.000 rupiah perbulan, kehidupan pun sedikit lebih terang.
Walaupun demikian, penulis selalu mencari cara agar penulis mendapatkan penghasilan diluar jam mengajar, lantaran penulis memiliki semboyan bahwa mengajar bukan tempat mencari uang. Lantaran mengajar adalah panggilan jiwa, so kalau mau banyak uang jadilah pebisnis, pedagang, atau,  PNS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalankaki di pagi hari

Menjemput jodoh di tanah muna

Membangun paradigma nklusi